Social Climber Dalam Dekapan Gadun

Jack – Judul yang agak rese gua tulis kali ini, tulisan lebih ngehek dibanding tulisan propaganda atau analisa start up bahkan nyinyir politik.

Gua mau nulis dengan bahasa non formil biar kesannya gak macam orang birokrasi. padahal ditulisan gua yang lain gaya gue sok pakai bahasa birokrat atau gaya macam akademisi. itu cuma tuntutan tema formil. “Kelas Kebawah Terlalu” enggak boleh banyak gaya. Tapi kalo masalah nulis bahasa formil belajar jadi warga negara yang baik, sesekali santai macam tulisan sekarang.

Judul tulisan mengenai Social Climber dan Gadun. Gua mau coba kupas dari sudut pandang gua sebagai warganet yang bersahaja dan gemar menabung. Apaan sih Social Climber? Social climber secara singkat dan nggak ribet adalah orang-orang yang pakai segala cara supaya bisa diterima oleh orang-orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi.

Manjat tebing sudah ada, ini manjat sosial istilahnya. Apalagi di dunia digital yaitu medsos nih, gua rasa banyak orang yang enggak mau tampil dengan karakter apa adanya dan coba kemas dirinya golongan kelas menengah atas ngehek. Kalo di dunia medsos indikasinya bisa dilihat sih nih. Sebagai berikut nih;

1. Biasanya pamer gaya hidupnya yang “wah” pingin nunjukim bahwa dirinya kaya raya dengan pamer lokasi dia makan, menu makanan mahalnya, sepaket dengan caption “waw” dengan terus menerus.

2. ‘Melumuri’ seluruh tubuh dengan label terkenal dari kepala hingga ujung kaki. Kemudian selfi di tempat high class bersama orang-orang yang dianggapnya berkelas.

3. Selalu memposting petualangan mewah di media sosial.

4. Selalu memaksakan tingkahnya agar terlihat elegan di depan teman-temannya meski itu bukan naluri yang sebenarnya.

5. Cuma mau berkawan saat teman pas lagi dipuncak karir atau lagi dikagumi banyak orang.

6. Mereka mencoba meyakinkan orang lain betapa mengagumkan dan inspirasionalnya mereka dengan segala kemewahan dan gaya hidup kelas menengah atas ngeheknya.

7. Biasanya pilih-pilih dalam berkawan baik di medsos atau di dunia nyata.

Cukup tujuh biji yang gua bisa paparin di tulisan ini. Manjat sosial agar dianggap oleh orang banyak dengan dibuat-buat terutama kaitannya dengan gaya hidup. Fenomena kayak gini yang sedang menimpa kalangan pemuda pemudi. Tapi gua mau lebih dalam kupas tentang gimana tuntutan gaya hidup yang kadang buat orang pakai cara instan buat memenuhi kehidupan, tuntutan gaya hidup agar diakui golongan kelas menengah atas ngehek.

Jujur aja tulisan ini gua bikin karena gua sempat baca segelintiran orang di medsos bahas masalah “Open BO” alamak gua kaget pas research lebih dalem fenomena open bo di medsos. Rupanya banyak wanita-wanita muda, bahasa kecenya “ranum”, dengan gaya hidup yang terlihat high class, dan lokasi foto di tempat mewah mereka menjajakan dirinya dengan tarif bahkan istilahnya uang panjer yang gak sedikit.

Gua pernah lihat tulisan di medsos dari akun yang gua follow, “iklan ngewe komersil melintas” gua ngakak baca narasi kayak gitu. Enggak taunya maksudnya waktunya iklan jasa prostitusi dari akun-akun wanita muda yang menjajakan service kasur alias prostitusi high class.

Gua mulai research dan diskusi dengan kawan-kawan di group telegram sambil ngebanyol masalah Open Bo. Banyak informasi yang gua dapetin juga. Terutama ada istilah “Gadun” atau Om-Om senang. Pria mapan dengan batasan umur yang enggak muda lagi yang punya banyak duit. Entah “Gadun” itu berprofesi sebagai pengusaha, punya peternakan tuyul kek, ngepet, atau bisa jadi pejabat negara, pokoknya duit mereka banyak.

Emang repot kalau urusannya udah komersialitas selangkangan. Kadang banyak motif juga buat orang jadi terjerumus ke gaya hidup ditopang dengan hasil dari bisnis lendir. Ini yang perlub diwaspadain buat para orang tua, kakak atau adik yang punya saudara perempuan. Jangan karena tuntutan gaya hidup dan memaksakan kehendak jadi terjerumus ke lingkaran gadun.

Banyak apartemen yang jadi lokasi bisnis kayak gini. Wanita muda yang udah terjangkit social climber umumnya hidup di tempat semacam apartemen atau cluster mewah.

Gua gak pukul rata bahwa semua wanita yang pamer kemewahan itu bisa jadi punya hubungan sama gadun. Gue bicara menyoal social climber, memaksakan kehendak gaya hidup dengan menghalalkan segala cara. Komersialitas selangkangan dan dalam dekapan gadun salah satunya. Ini realita dan bisa ditelusiri jejaknya.

Kadang kalau gadun sudah cocok dengan wanita muda, enggak segan wanita muda bahkan remaja itu dipelihara diberi fasilitas yang diinginkan, termasuk smartphone mahal terbaru, mobil, hunian berkelas, dan uang saku lumayan buat beli berbagai asesoris dengan brand terkemuka.

Kalau orang jaman now bilang yang dipake pelet eropa atau pelet jepang. Pelet eropa yaitu fasilitas hidup standar eropa buat para wanita yang terkontaminasi social climber. Pelet jepang yaitu fasilitas mobil mewah, motor, bahkan perabotan mahal asal jepang yang mengisi hunian sang simpanan gadun.

Mungkin adanya istilah “pelakor” (perebut laki orang) di jaman now bisa jadi karena virus social climber untuk memenuhi standar hidup dengan cara cepat bak sosialita. Enggak aneh kalau di kota-kota besar banyak remaja putri belia yang jadi simpanan gadun.

Biasanya dilakukan secara tertutup, dan kebanyakan orang tua hanya tau anaknya sekolah, kuliah, atau sekadar merantau saja. Ini sebuah fenomena juga dan menjadi viral di dunia gemerlap. Bukan gue menghakimi tapi memang dari akun-akun Open BO banyak memamerkan gaya hidup mewah. Itu yang kelihatan, yang pakai kedok gua rasa masih banyak dan itu ada.

Hedonisme adalah biang kerok dari adanya social climber ini, juga dimanfaatkan oleh om-om senang tajir melintir atau gadun untuk memenuhi hasrat hidung belangnya. Puber ke dua mungkin. Maka semua itu jadi satu kesatuan.

Gadun ini memang tipikal predator daun muda gak heran kalau mereka adakan party atau event kerja atau bahkan sebatas entertain mitra bisnis mereka kerap gunakan jasa Open Bo.

Tapi jangan salah social climber dan fenomena Open BO ini juga kadang pelakunya pasangan kekasih. Ada juga pria muda atau abg memasarkan pacarnya sendiri. Kadang juga istilah perintah “morotin” gadun diberikan. Hal gila di jaman now cuma karena gaya hidup, status sosial yang maksa rela berbuat apa saja.

Wajar juga kadang wanita muda lebih nyaman dalam dekapan gadun.

Segini aja dulu, kapan-kapan gue research lagi dan gue tanya-tanya dwngan pertanyaan jebakan ke mereka yang emang terindikasi social climber dan terindikasi gadun.

Sekian.

Leave a comment